Penulis : dr. Muhammad Bayuaji M., Sp.OT
RS Paru dr. Ario Wirawan Salatiga

Osteoporosis telah menjadi masalah global yang mana terus meningkat secara signifikan pada seluruh populasi penduduk di dunia seiring dengan pertumbuhan dan bertambahnya usia. Kerapuhan tulang tersebut dapat mengakibatkan fraktur, disabilitas dan penurunan produktivitas maupun kualitas hidup penderita.
APAKAH OSTEOPOROSIS ITU?
Osteoporosis adalah suatu proses degeneratif yang khusus ditemukan pada pria dan wanita lanjut usia dan merupakan kelainan yang menyebabkan penurunan massa tulang yang termineralisasi secara normal akibat ketidakseimbangan antara aktivitas osteoklas dan osteoblas. Karakteristik osteoporosis adalah nilai bone mineral density (BMD) rendah dan degenerasi mikroarsitektur yang meningkatkan fragilitas dan resiko fraktur. Secara klinis, osteoporosis diidentifikasi melalui kejadian fraktur non/minimal traumatik pada vertebrae, hip, humerus proksimal, serta fraktur femur. Meningkatnya ekonomi dan populasi lanjut usia akan meningkatkan frekuensi osteoporosis sehingga menjadi satu permasalahan kesehatan (Noor dkk., 2011).
Peningkatan usia harapan hidup manusia cukup menggembirakan. Namun, itu menjadi masalah tersendiri di dunia, dan juga di Indonesia, terutama bagi wanita. Salah satu masalahnya adalah penurunan hormon estrogen secara alamiah karena faktor usia. Semakin lanjut usia, semakin menurun kadar hormon estrogen dalam tubuh. Penurunan kadar hormon ini umumnya terjadi pada usia-usia awal masa klimakterium (40 tahun). Pada masa menopaus dan pascamenopaus, hormon estrogen hilang dari dalam tubuh wanita sehingga dapat mengancam terjadinya dimentia, osteoporosis, dan kualitas hidup makin menurun. Akibatnya, wanita usia lanjut menjadi malas, jarang beraktivitas, jarang terkena paparan sinar matahari pagi sehingga meningkatkan risiko osteoporosis. Osteoporosis memang tak menimbulkan keluhan klinis sehingga aktivitas rutin berjalan terus. Namun, tulang berada dalam ambang patah. Apabila terjadi patah tulang, barulah rasa nyeri muncul dan angka mortalitas pascaoperasi patah tulang osteoporosis meningkat (PEROSI, 2009)
Kasus penyakit pengeroposan tulang atau osteoporosis dini di Indonesia ternyata lebih tinggi dari angka rata-rata dunia. Menurut data yang dikeluarkan oleh Perhimpunan Osteoporosis Indonesi (PEROSI), prevalensi osteoporosis tahun 2007 mencapai 28,8% untuk pria dan 32,3% untuk wanita. Angka ini juga didukung hasil analisis data risiko osteoporosis oleh Puslitbang Gizi Depkes bekerja sama dengan Fonterra Brands Indonesia yang dipublikasi tahun 2006 bahwa 2 dari 5 orang Indonesia memliki risiko osteoporosis.
APA SAJA FAKTOR RESIKO OSTEOPOROSIS ITU?
Faktor resiko dari osteoporosis dibagi menjadi 2 kategori, yaitu
- faktor resiko yang tidak dapat diubah, seperti jenis kelamin, pertambahan usia terutama pada periode menapause, ras/suku, riwayat keluarga dan penyakit-penyakit tertentu;
- faktor resiko yang dapat diubah seperti kebiasaan mengkonsumsi alkohol, merokok, dan intake kalsium yang rendah, kurang olahraga, dan obat-obat tertentu, seperti steroid (Apley, 2001)
BAGAIMANA CARA PENCEGAHANNYA?
Walaupun osteoporosis paling sering mengenai wanita pasca menopause, wanita (dan pria) untuk semua usia seharusnya melakukan langkah-langkah pencegahan, untuk menjaga agar tulangnya tetap kuat dan sehat. Beberapa langkah-langkah untuk mencegah wanita dari osteoporosis adalah :
- Tetap mengkonsumsi makanan dengan kandungan kalsium yang tinggi
Kalsium, esensial untuk mempertahankan agar tetap kuat, tulang tetap sehat dan mencegah kerapuhan tulang. Intake kalsium yang dianjurkan untuk wanita antara usia 25 hingga 50 tahun adalah 1.000 mg/hari. Untuk wanita post menopause yang tidak mendapatkan estrogen replacement therapy, intake kalsium yang dianjurkan adalah 1.500 mg/hari (Hadi, 2002)
- Mengkonsumsi vitamin D
Vitamin D membantu tubuh untuk menyerap kalsium dan menyimpannya dalam tulang. Intake vitamin D yang dianjurkan adalah 400 international units (IU)/hari. Vitamin D dapat diperoleh dari susu fortified vitamin D dan makanan seperti hari, ikan, dan kuning telur. Suplemen vitamin D atau multivitamin yang mengandung 400 IU vitamin D juga merupakan sumber yang bagus. Sinar matahari pagi yang mengenai kulit juga dapat membantu tubuh untuk membuat vitamin D. Selama 15 menit terkena sinar matahari pagi setiap hari, cukup untuk mempertahankan level vitamin D (Hadi, 2002)
- Olahraga untuk menjaga dan mempertahankan berat badan
Ini dapat memberi kekuatan, mempertebal tulang-tulang dan melindungi dari kerapuhan tulang.Olahraga dibutuhkan oleh otot untuk bekerja melawan gravitasi untuk menggerakkan badan. Olahraga yang dapat membantu mencegah osteoporosis antara lain jalan kaki, lari, senam. Wanita yang tidak boleh melakukan aktivitas untuk sementara atau memiliki masalah kesehatan seperti sakit jantung harus konsultasi dulu pada dokter sebelum memulai program olahraga ini (Hadi,2002)
- Tidak merokok dan membatasi intake alkohol
Merokok berkaitan dengan penyerapan kalsium, sehingga perokok memiliki kemungkinan yang lebih besar untuk terkena fraktur vertebra dibanding orang yang tidak merokok. Wanita yang merokok biasanya 1 atau 1,5 tahun lebih cepat terkena osteoporosis dibandingkan yang tidak merokok. Konsekwensinya, tubuh mereka berhenti memproduksi estrogen lebih cepat. Mengkonsumsi lebih dari 2 minuman beralkohol setiap hari, dapat menurunkan pembentukan tulang dan mengurangi kemampuan tulang untuk menyerap kalsium (Hadi,2002).
- Mempertimbangkan untuk menggunakan Hormone Replacement Therapy (HRT) atau pengobatan lain
Wanita menopause atau post menopause sebaiknya konsultasi dengan dokternya mengenai cara pencegahan osteoporosis seprti HRT atau pengobatan lain. HRT telah terbukti dapat menurunkan kerapuhan tulang dan menurunkan angka kejadian fraktur pinggul dan tulang belakang. HRT juga membantu menurunkan gejala menopause dan juga dapat penyakit jantung, penyakit Alzheimer’s, diabetes, dll (Hadi,2002)
Sumber :
- Hadi,S. Osteoporosisdalam Kumpulan Makalah Prof.dr.H.Soelarto Reksoprodjo, Sp.B., Sp.BO. Divisi Orthopaedi dan Traumatologi FKUI/RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo, Jakarta. 2002. Hal 207-8,229-32
- PEROSI. 2009. Indonesian Osteoporosis: fact, figures, and hopes. Indonesian Osteoporosis Association.
- Noor Z, Sumitro B. S, Hidayat M., Rahim A.H., Santjojo D.J. 2011. Osteoporosis : Dasar Patomekanisme dan Peran Mineral Atom. UB Press, Malang. Hal 20 – 132.
- Solomon, L.,Marwick, D., Nayagam.,S. 2001. Apley’s: System Of Orthopaedics And Fractures. 9th Ed.Oxford University Press