Penyakit tuberkulosis atau sering disebut TBC,bukanlah hal yang asing bagi masyarakat Indonesia Menurut data WHO tahun 2018 Indonesia menduduki peringkat terbanyak ketiga di dunia sebagai Negara penyumbang kasus TBC, setelah India dan Cina. Pada saat ini ada sekitar 842.000 kasus baru per tahun di Indonesia. Penderita tuberkulosis harus minum obat dalam jangka waktu tertentu pada masa pengobatannya. Pada kasus baru, selama 6 bulan penuh pasien harus taat menelan obat anti TBC/OAT sesuai dengan petunjuk dokter.

Dalam beberapa kasus, pasien dengan permasalahan tertentu, misal karena tidak ada pengawas minum obat/PMO, kemalasan karena kurang termotivasi dan masih banyak hal yang menyebabkan pasien untuk tidak meneruskan pengobatan yang berakhir dengan permasalahan baru yaitu timbulnya penyakit tuberkulosis yang kebal obat atau disebut Tuberkulosis Resisten Obat (TB RO)  / multi drug resistant TB (MDR-TB). Penyakit ini adalah kondisi dimana kuman penyebab tuberkulosis sudah kebal (resistan) terhadap dua jenis obat, yaitu isoniazid dan rifampisin. Berikut beberapa penyebab terjadinya kekebalan terhadap obat tuberkulosis, yaitu:

  • Pemakaian hanya satu jenis obat pada pengobatan tuberkulosis
  • Penggunaan paduan obat yang tidak tepat
  • Konsumsi obat tidak teratur, misalnya obat diminum selama 2 hingga 3 minggu kemudian berhenti. Setelah 2 bulan, kemudian berpindah dokter dan mendapat obat kembali selama 2–3 bulan, lalu berhenti dan seterusnya
  • Konsumsi obat lain di luar obat tuberkulosis yang dapat mengganggu kerja obat tuberkulosis
  • Penularan dari penderita TB RO  lain. Misalnya, seseorang yang mengalami TB RO bersin atau batuk dan di sekitarnya ada orang lain yang belum pernah mengalami TB maka orang tersebut bisa saja langsung mengalami TB RO.

Pada pasien TB RO lebih berisiko untuk mengalami kegagalan pengobatan oleh karena efek samping obat dan jangka waktu pengobatan yang lebih panjang. Oleh karena itu, pencegahan resistensi obat lebih baik dan lebih penting dilakukan untuk menurunkan kasus TB RO. Pasien dengan TB RO memerlukan perhatian khusus/ motivasi yang tinggi untuk mencapai kesembuhannya dan kesabaran menjadi salah satu kunci suksesnya. Fakta menyebut, kasus TB RO semakin lama terus bertambah. Diperkirakan kasus TB RO tahun 2018 jumlah kasus di Indonesia mencapai 23.000 kasus.

Rumah Sakit Paru dr. Ario Wirawan (RSPAW) Salatiga memberikan layanan rawat inap dan rawat jalan bagi pasien dengan kasus TB RO sejak tahun 2014. Klinik rawat jalanTB RO yang baru diresmikan oleh Direktur Jenderal Pelayanan Kesehatan Kemkes RI, dr. Bambang Wibowo,Sp.OG(K),MARS pada hari Sabtu,23 Maret 2019 yang sekaligus memberikan sertfikat kesembuhan bagi 11 mantan pasien TB RO. Tidak kalah pentingnya pada waktu yang bersamaan sebuah wadah dengan nama Pejuang Anti TB Resisten Obat (PATRIOT) diresmikan. Wadah tersebut terbentuk atas inisiatif manajemen RSPAW, beberapa mantan pasien TB ROserta masyarakat yang peduli dengan kesehatan paru, yang memiliki maksud turut mensukseskan program Indonesia Bebas TBC Tahun 2035. Program Patriot terutama adalah melakukan peer educator ( pendamping sebaya ) yang mempunyai pengaruh terhadap teman-temannya dan telah dilatih untuk melakukan pendampingan terhadap sesama mantan pasien bersama LSM lainnya. Selain itu Patriot bekerja sama dengan manajemen RS, Dinas Kesehatan dan LSM bergerak aktif dalam pemberantasan TBC khususnya TBC ResistenObat.

dr.Hasto Nugrogo,Sp.P FISR, yang adalah inisiator Patriot, dalam sambutan pada acara tersebut menyampaikan,”Patriot saat ini beanggotakan 28 orang,jika mereka suatu saat berkunjung ke rumah sakit, selain memberikan edukasi kepada pasien dalam disiplin minum obat,mereka juga memberikan dukungan untuk sabar dan rutin dalam minum obat”. “ Mereka yang sudah sembuh menjadi saksi bahwa kesabaran dan kedisipinan akan membuahkan hasil yang luar biasa ”demikian imbuhnya.

Patriot menjadi Peer Educator ( pendidik sebaya)

Tak sebatas memberi edukasi dan penguatan bagi pasien TB maupun TB RO di rumah sakit, para anggota Patriot juga membuka diri untuk dijadikan tempat sharing dan curhat.

“Pasien biasanya kebingungan ketika mengalami efek samping akibat minum obat TB RO, karena efek samping yang besar. Kalau tidak diedukasi dan didampingi, biasanya pasien kapok minum obat, putus pengobatan dan akhirnya semakin sulit disembuhkan,” kata Khoirin Nida, S.Si, ketua Patriot.

Walaupun sudah sembuh, Khoirin Nida dan anggota Patriot lainnya tetap berisiko untuk kembali tertular kuman Mycobacterium Tuberculosis. Apalagi minimal setiap sebulan sekali anggota Patriot berinteraksi dengan pasien tb.

“Kami sangat menyadari risiko itu. Untuk itulah kami berusaha menerapkan pola hidup sehat. Istirahat yang cukup, memakai masker, minum vitamin, dan makan makanan bergizi agar imunitas tubuh terjaga”, imbuh Nida.

“Tujuan utama Patriot ini adalah membantu pasien tb biasa agar tidak menjadi TB RO. Selain itu juga mendampingi pasien resisten obat agar terus bersemangat berobat, serta meyakinkan mereka kalau TB RO bisa disembuhkan”, Nida melanjutkan.

Diperlukan kepedulian dari semua pihak agar Indonesia terbebas dari penyakit ini. Semoga niat mulia ini diberi pertolongan dan kekuatan oleh Allah SWT. Aamiin.

Kesaksian

Namaku Khoirin Nida (33), asal Demak Jawa Tengah. Alhamdulillah, setelah menjalani pengobatan selama 2 tahun, bulan November tahun 2018 lalu, telah dinyatakan sembuh dari Tuberkulosis Resisten Obat (TB RO) atau Tuberculosis Multi Drugs Resistant (TB MDR). Penyakit ini disebabkan oleh infeksi bakteri Mycobacterium tuberculosis yang telah kebal obat.

Dunia bakteriologi bukan hal baru bagiku. Dulu waktu kuliah di Jurusan Biologi, Universitas Airlangga Surabaya, tugas akhirku tentang uji anti mikroba menggunakan ekstrak Lumut Hati. Mikrobanya menggunakan bakteri Escherichia coli dan Staphylococcus aureus. Hasilnya, senyawa pada ekstrak lumut hati menghambat pertumbuhan bakteri dan akhirnya mati.

Berdasarkan pengalamanku, berikut ini empat hal yang menjadi kunci kesembuhan dalam menjalani pengobatan:

Pertama, motivasi diri. Motivasi adalah dorongan dari dalam diri maupun dari luar untuk lebih bersemangat mencapai sesuatu. Bagi orang yang sakit, motivasi diri untuk sembuh wajib dimiliki. Tanpa motivasi, hidup sama dengan bunuh diri, begitulah pepatah mengatakan.

Untuk bisa tegar dalam menjalani pengobatan, kita harus memiliki alasan, dorongan, dan semangat yang kuat. Faktor utama yang mendorongku untuk sembuh adalah keluarga. Anak terutama. Kekhawatiran pada masa depan anak inilah yang menjadi alasan terkuat untuk sembuh.

Kedua, optimis dan yakin sembuh. “Tidaklah Allah menurunkan penyakit, kecuali Dia juga menurunkan penawarnya”. Begitulah agama mengajariku. Hal inilah yang mendatangkan ketenangan hati, memunculkan rasa optimis, dan keyakinan untuk sembuh.

Selain itu, berdasarkan penjelasan dari tenaga kesehatan, penyakit TB RO adalah penyakit yang bisa disembuhkan. Bahkan, angka keberhasilan pengobatannya mencapai 90%. So, jangan pesimis dan menyerah pada keadaan. Insyallah pasti ada kesembuhan.

Ketiga, dukungan keluarga. “Harta yang paling berharga adalah keluarga”, begitulah kata Keluarga Cemara. Hehehe… Di sana ada senyum dan tawa serta cinta yang tanpa cela. Di sana pula tempat pulang terbaik dan berkeluh kesah.

Dukungan moril dan materiil dari keluarga sangatlah penting. Di masa-masa paling berat dalam pengobatan, merekalah yang pertama menolong kita. Alhamdulillah, selama proses panjang pengobatan, suami selalu siaga membantu, memotivasi, dan mendampingi. Semoga lelahnya menjadi lillah. Aamiin.

Keempat, penanganan medis. Tak bisa dipungkiri, faktor utama kesembuhan adalah tindakan medis yang tepat dan berkualitas. Ketersediaan obat, tenaga kesehatan yang profesional, sarana dan prasarana kesehatan serta dukungan dari pihak terkait menjadi kuncinya.

Ucapan terima kasih dan apresiasi tertinggi kami sampaikan kepada tim kesehatan Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) Mijen 1 Demak dan manajemen Rumah Sakit dr. Ario Wirawan (RSPAW) Salatiga yang telah memberikan layanan kesehatan dan pengobatan secara tuntas dan berkualitas.

Semoga Allah Swt Dzat Yang Maha Menyembuhkan, senantiasa memberikan pertolongan kepada kita semua. Mengangkat penyakit kita dan memberikan kesembuhan tuntas yang tiada sakit selepasnya. Amin.

(humas_rspaw, cakrud patriotindonesia.org)

Similar Posts